Yaya Touré: Gelandang Komplet yang Main Kayak Tank, Punya Kaki Playmaker, dan Otak Taktikal

Yaya Touré: Gelandang Komplet yang Main Kayak Tank, Punya Kaki Playmaker, dan Otak Taktikal

Zaman sekarang banyak gelandang yang stylish. Tapi sedikit yang bisa main dengan kekuatan fisik sekelas bek tengah, kecepatan kayak winger, dan otak playmaker kelas dunia. Nah, itulah Yaya Touré.

Nama Yaya Touré udah kayak simbol dominasi dari tengah lapangan. Dia bisa jadi pemutus serangan, penyambung antar lini, bahkan pencetak gol mematikan. Dan meskipun dia sempat underrated di Barcelona, dia akhirnya ngebuktikan diri sebagai ikon Premier League di Manchester City.

Jadi, lo siap buat kenalan sama gelandang paling komplet yang pernah ada?

Awal Karier: Dari Pantai Gading ke Eropa

Yaya Touré lahir di Bouaké, Pantai Gading, dan memulai karier profesionalnya di Beveren (Belgia). Tapi potensinya langsung kebaca. Fisik tinggi besar, tapi kontrol bolanya halus. Nggak lama kemudian, dia pindah ke klub-klub yang lebih besar: Metalurh Donetsk → Olympiacos → AS Monaco.

Di Monaco, gaya mainnya mulai kelihatan matang. Dan dari situ, Barcelona datang. Tahun 2007, Pep Guardiola ngerekrut dia ke Camp Nou sebagai gelandang bertahan.

Barcelona: Di Tengah Dominasi, Yaya Sering Disempitkan Peranannya

Di Barca, Touré bersaing di posisi yang… kita tahu udah dikuasai Sergio Busquets. Padahal secara skill, Yaya lebih versatile. Tapi karena Pep butuh gelandang bertahan yang “diam-diam” dan fokus jaga tempo, Busquets lebih cocok sistem.

Alhasil, Yaya sering digeser ke posisi bek tengah, termasuk pas final Liga Champions 2009, di mana dia main sebagai CB karena Puyol dan Marquez cedera. Gokil? Iya. Tapi juga sedikit ironis, karena Touré segitu fleksibelnya sampai kadang “disia-siakan.”

Tapi meski bukan pilihan utama, Yaya tetap bawa pulang:

  • 2x La Liga
  • 1x Liga Champions
  • 1x Copa del Rey
  • Sextuple bareng Guardiola

Dan akhirnya, tahun 2010, dia cabut. Tapi bukan karena jelek… tapi karena dia tahu kapasitasnya layak lebih.

Manchester City: Di Sini, Yaya Jadi Raja

Move ke Manchester City tahun 2010 adalah titik balik. Dari “pemain cadangan Barca”, Touré jadi pemain paling vital City di era awal kebangkitan.

Bareng David Silva, Aguero, dan Kompany, dia jadi tulang punggung tim. Dan nggak main-main—perannya gede banget. Dia:

  • Jadi box-to-box midfielder dengan kemampuan cetak gol
  • Ngatur tempo permainan
  • Bawa City juara FA Cup 2011 (gol kemenangan di final)
  • Premier League 2012, 2014, dan 2018

Musim 2013/14 jadi highlight: Touré cetak 20 gol dari lini tengah di liga, assist bejibun, dan hampir tiap pekan jadi man of the match. Kombinasi dribble, shooting, dan tenaga level dewa.

Lo belum pernah lihat tank yang bisa gocek 3 pemain sekaligus sambil nembak dari 30 meter? Touré ngasih demo tiap minggu.

Gaya Main: Power + Elegan = Bahaya Besar

Yaya Touré itu anomaly. Lo kira dia cuma gelandang bertahan karena badannya gede? Salah. Dia bisa:

  • Dribble kayak playmaker
  • Nge-shoot kayak striker
  • Ngoper kayak deep-lying playmaker
  • Jaga bola kayak tembok hidup

Dia kayak versi hybrid dari Vieira + Zidane. Gede tapi nggak kaku. Teknikal tapi nggak ringkih. Dan otaknya? Tajam. Dia tahu kapan naik, kapan mundur, kapan ngatur tempo, kapan ngebut.

Dia juga jago ambil bola mati, termasuk free kick dan penalti. Jarang miss. Lo bisa andalkan dia kapan pun, lawan siapa pun.

Drama? Ada. Tapi Legacy-nya Lebih Gede

Yaya sempat bersitegang sama manajemen City dan Guardiola soal minimnya penghargaan dan perlakuan. Ada isu soal kue ulang tahun yang katanya nggak dikasih klub—yang akhirnya jadi meme panjang.

Tapi semua itu gak bisa nutup fakta: Yaya adalah kunci dari era revolusi Manchester City. Sebelum datangnya para superstar dan miliaran pound transfer, dia udah narik tim ini ke level top.

Dan saat dia cabut, semua orang—termasuk fans lawan—akui: City gak akan segede sekarang tanpa Touré.

Timnas Pantai Gading: Pahlawan Nasional

Touré juga jadi motor utama Timnas Pantai Gading. Bareng Didier Drogba dan kawan-kawan, dia berkali-kali masuk final Piala Afrika, dan akhirnya:

  • Juara Piala Afrika 2015 (kapten tim)
  • 100+ caps
  • Pemain Terbaik Afrika empat kali berturut-turut (2011–2014)

Dia mungkin gak pernah angkat Piala Dunia, tapi buat negaranya, Yaya adalah raja.

Gen Z dan Pelajaran Yaya Touré: Lo Gak Harus Dipahami Semua Orang, Asal Lo Buktikan Sendiri

Yaya Touré ngajarin satu hal penting: nggak semua orang bakal langsung hargai lo. Tapi kerja keras, konsistensi, dan performa bakal ngomong lebih keras.

Di Barca, dia sering dianggap “terlalu besar buat skema.” Tapi di City, dia buktiin bahwa lo gak harus ganti gaya buat cocok—lo cukup cari tempat yang siap nampung potensi lo.

Lo boleh beda. Lo boleh ambisius. Yang penting? Lo tunjukin.

Kesimpulan: Yaya Touré, Sang Penggerak yang Gak Cuma Kuat, Tapi Jenius

Yaya Touré adalah definisi gelandang komplet. Dia bukan cuma kuat atau cepat. Dia cerdas, tajam, dan dominan. Di dua benua, dua liga, dan dua gaya main yang beda, dia tetap jadi pusat.

Dan kalau lo nyari pemain yang bisa jadi senjata serba guna dari tengah lapangan? Jawabannya selalu: Yaya. Freakin. Touré.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *