Kalau ngomongin pemain paling underrated yang punya koleksi trofi gak ngotak, Maxwell wajib masuk list. Bek kiri asal Brasil ini bukan pemain yang viral, bukan juga yang sering masuk highlight, tapi coba cek rak pialanya—isinya lebih rame dari rak toko perhiasan.
Dia gak pernah jadi superstar di mata publik. Tapi pelatih, rekan setim, dan manajer top di Eropa tahu: Maxwell itu definisi “pemain penting yang gak ribut tapi selalu ada saat dibutuhkan.”

Latar Belakang: Brasil Punya, Eropa yang Nikmatin
Nama lengkapnya Maxwell Scherrer Cabelino Andrade, lahir 27 Agustus 1981 di Cachoeiro de Itapemirim, Brasil. Di awal karier, dia bukan wonderkid yang diburu media. Tapi begitu masuk akademi Cruzeiro dan naik ke tim utama, bakatnya langsung kebaca.
Maxwell punya atribut yang jarang banget dimiliki bek kiri pada masanya:
- Kaki kiri natural
- Punya ketenangan di bawah tekanan
- Bisa bantu build-up dari belakang
- Dan yang paling penting: selalu konsisten
Dari Brasil, dia hijrah ke Eropa buat main bareng Ajax Amsterdam—dan di sanalah namanya mulai naik.
Ajax Amsterdam: Awal Dominasi
Gabung Ajax tahun 2001, Maxwell langsung nyetel dengan gaya main total football ala Belanda. Di usia muda, dia udah dipercaya jadi starter, dan ikut bantu Ajax juara Eredivisie 2001–02.
Di Ajax, Maxwell dipoles jadi bek kiri modern yang gak cuma jagain area, tapi juga bisa bantu serangan. Umpannya oke, stamina badak, dan sangat disiplin secara taktik.
Gak heran setelah 5 musim di Belanda, klub-klub besar mulai ngelirik. Dan pilihan berikutnya? Ke Serie A.
Inter Milan: Diam-Diam Bawa Piala Tiap Musim
Tahun 2006, Maxwell gabung Inter Milan. Di sana, dia jadi bagian dari skuad yang dominasi Serie A secara brutal. Main bareng Zanetti, Cambiasso, Stanković, dan Ibrahimović, Maxwell belajar banyak soal gaya main defensif khas Italia.
Meskipun gak selalu starter karena persaingan ketat, dia tetap berkontribusi tiap musim. Inter? Juara Serie A 3 kali berturut-turut. Dan Maxwell selalu ada di daftar pemain yang angkat trofi.
Barcelona: Golden Era, Golden Role Player
Tahun 2009, Maxwell pindah ke Barcelona—saat Pep Guardiola baru aja menciptakan “dream team” yang main sepak bola paling indah sedunia.
Lo kira dia bakal tenggelam di bawah bayang-bayang Alves, Abidal, atau Piqué? Salah. Maxwell justru jadi alat taktik rahasia Pep.
Dia dipakai:
- Buat rotasi bek kiri
- Buat bantu build-up dari sisi kiri
- Buat backup plan saat formasi berubah
Dan hasilnya? Barcelona juara Liga, Copa del Rey, Liga Champions 2010–11. Maxwell gak selalu di spotlight, tapi dia selalu siap saat dipanggil. Tipe pemain yang semua pelatih cinta karena gak ribet dan selalu nurut skema.
PSG: Mentor, Bek, dan Sahabat Bintang
Tahun 2012, Maxwell gabung Paris Saint-Germain di awal era kebangkitan klub itu. Di sana, dia reunian sama sahabat dekatnya: Zlatan Ibrahimović.
Di PSG, Maxwell bukan cuma starter reguler, tapi juga mentor buat generasi muda dan jadi pemimpin di ruang ganti. Lo bisa lihat, selama 5 tahun di Paris:
- PSG konsisten juara Ligue 1
- Maxwell jadi jembatan antara pemain senior dan proyek ambisius klub
- Dan dia tetap jaga performa walau usia makin naik
Sampai pensiun tahun 2017, dia tetap dihormati di dalam dan luar lapangan.
Gaya Main: Kalem, Efisien, dan Gak Suka Ribut
Maxwell gak punya kecepatan sekelas Alphonso Davies. Tapi dia punya posisioning bagus, passing rapi, dan decision-making brilian. Dia itu tipe bek yang jarang bikin blunder karena dia jarang ambil risiko gak penting.
Ciri khas Maxwell:
- Gak banyak gaya, tapi gak pernah panik
- Crossing akurat
- Kombinasi cerdas dengan gelandang tengah
- Disiplin secara taktik
- Bisa main inverted maupun klasik full-back
Dia bukan yang bikin highlight viral. Tapi dia tipe pemain yang bikin pelatih tidur nyenyak.
Rekor Gokil: Koleksi Trofi Lebih Banyak dari Banyak GOAT
Total? 37 trofi sepanjang karier. Lebih dari Rooney, Ronaldinho, bahkan Thierry Henry.
Kok bisa?
- Juara di Belanda (Ajax)
- Dominasi di Italia (Inter)
- Masuk generasi emas Barcelona
- Jadi kapten tenang di PSG
Maxwell adalah simbol dari pepatah, “Diam-diam menghanyutkan.” Dia gak perlu banyak bicara buat nunjukin kelas.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Maxwell?
- Lo gak harus jadi spotlight buat jadi vital.
Kadang pemain terpenting adalah yang gak kelihatan ribut. - Konsistensi > sensasi.
Maxwell gak pernah viral. Tapi trofinya gak masuk akal. - Loyalitas dan kerja cerdas bikin lo bertahan di klub top.
Dia dipercaya banyak pelatih top karena attitude dan kepercayaan taktik.
Setelah Pensiun: Tetap Dekat Dunia Bola
Setelah gantung sepatu, Maxwell gak langsung hilang. Dia sempat kerja di manajemen PSG, jadi penasihat olahraga, dan tetap jadi figur penting di balik layar.
Gaya kalemnya tetap nempel. Tapi semua yang kenal tahu: Maxwell adalah legenda sejati.
